Dunia IslamKolomNasihat

Membangun Budaya Disiplin Melalui Puasa

2 Mins read

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, dan mengandung ribuan hikmah yang sangat besar, satu di antaranya yaitu melatih kedisiplinan. Puasa Ramadhan mengajarkan kita untuk disiplin. Sebab, puasa memiliki ketentuan waktu yang sangat jelas, dari mulai waktu imsak sampai berbuka. Semua orang yang berpuasa, tentu menaati aturan tersebut dengan begitu disiplin. Oleh karenanya, puasa dapat membangun budaya disiplin bagi seseorang yang melaksanakannya.

Disiplin menuntut semua aktivitas dilakukan secara teliti, terukur, dan sistematis. Sehingga pola hidup disiplin kadang menjadi kendala untuk dilatih kepada anak-anak maupun dewasa. Namun, di bulan Ramadhan yang suci ini, puasa dapat melatih kedisiplinan. Paling tidak, ada beberapa bentuk disiplin yang dibangun melalui madrasah puasa. Pertama, disiplin dalam ibadah (hablum minallah). Sebagaimana firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah:183).

Puasa Ramadhan adalah ibadah yang sangat memperhatikan kedisiplinan dalam menjaga perjalanan waktu. Disiplin ibadah ini dimulai dari niat berpuasa, tidak boleh melebihi waktu fajar, dan berbuka puasa juga harus setelah terbenam matahari. Berniat pada malam hari sebagai bentuk latihan disiplin tingkat awal, sebagaimana firman Allah SWT, “Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam”. (QS. Al-Baqarah : 187).

Begitupun dengan mendirikan malam Ramadhan dengan melaksanakan shalat tarawih dan tadarus al-Quran. Semua rutinitas ibadah dalam bulan Ramadhan ini sejatinya dapat mendisiplinkan ibadah kita setelah bulan penuh hikmah ini usai.

Kedua, disiplin dalam menyemai benih kebaikan (hablum minannas). Memberi makan atau minum untuk orang yang berbuka puasa ternyata sangat istimewa. Yang memberi akan mendapat pahala sama seperti orang yang berpuasa. Hal ini sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW, “Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun”. (HR. Tirmidzi)

Bahkan, kebiasaan berbagi dengan sesama mendapat balasan surga. Dalam hadis, Ali bin Abi Thalib ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya”. Lantas seorang Arab Badui berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur”. (HR. Tirmidzi).

Dengan semangat menyemai benih kebaikan selama Ramadhan, tentu dapat membangun kedisiplinan dalam diri kita untuk berbagi dan menebar kebaikan dengan sesama. Ramadhan melatih kita untuk menebarkan kebaikan, dan ketika bulan ini berlalu, kita sudah terlatih dalam berbagi terhadap sesama.

Ketiga, disiplin mengelola diri. Dengan puasa kita harus menahan amarah, ghibah, atau perbuatan-perbuatan lain yang biasanya bebas, tetapi karena kita tengah berpuasa maka dituntut untuk mengelola diri agar puasa kita sempurna. Tidak dirusak oleh perbuatan-perbuatan yang menyebabkan rusaknya amalan puasa, antara lain, berkata kotor, bertindak tidak pantas, berselisih, mencaci, mencela, bahkan berbohong.

Terakhir, disiplin dalam waktu. Dengan menggunakan waktu sebaik mungkin untuk pengabdian kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, berpuasa dan ibadah lainnya di dalam Islam ditentukan waktunya. Sulit untuk berdisiplin masalah waktu jika tidak dibiasakan atau dilatih melalui beribadah tepat waktu. Hanya mereka yang pernah merasakan nikmat ibadah puasa yang bisa membentuk karakter disiplin dalam dirinya.

Rasulullah SAW sudah menekankan umatnya bagaimana kiat untuk belajar disiplin waktu. Dalam sabdanya bahwa, “Jika hari ini lebih baik dari kemarin, maka kita termasuk orang yang beruntung, akan tetapi jika hari ini sama dengan kemarin, maka kita termasuk orang yang merugi. Dan yang lebih berbahaya lagi kalau hari ini lebih buruk dari kemarin, maka kita termasuk orang yang dilaknat Allah.” (HR. Hakim).

Hal ini tentu sangat penting. Sebab, permasalahan kita saat ini yaitu mengakarnya budaya ngaret atau tidak tepat waktu. Dengan demikian, kita harus benar-benar merasakan hikmah dari puasa itu sendiri. Sebulan dalam setahun, harus dimanfaatkan betul, untuk membangun budaya disiplin sehingga dapat membuat kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik dengan menghargai waktu. Oleh karena itu, salah satu hikmah Ramadhan, yaitu sebagai madrasah untuk membangun kedisiplinan dalam mengoptimalkan pemanfaatan waktu.

Related posts
KolomNasihat

Cara Berpikir Kritis ala Ibnu Khaldun

Menjadi Muslim, bukan berarti pasif menerima kehendak ilahi, melainkan berada dalam keadaan kritis yang konstan. Berpikir kritis adalah bagian penting dari warisan…
Kolom

Covid-19, Kegentingan yang Semakin Nyata

Kasus positif Covid-19 di Indonesia kembali mencetak rekor tertinggi sejak pandemi karena pertama kalinya menembus angka 20.574 kasus perhari pada Kamis (24/6/2024)….
Dunia IslamKolomNasihat

Demokrasi Pancasila itu Islami

Demokrasi memang telah mengantarkan Dunia Barat mencapai kemajuan menuju kemakmuran bagi rakyatnya. Namun, bagaimanapun demokrasi sebagai sebuah sistem pembangunan negara belum mencapai…