Radikalisme sudah merebak kemana-mana. Bahkan tidak hanya di dunia nyata, di dunia maya pun radikalisme sangat cepat menyebar. Saat ini, kaum radikal memanfaatkan ruang-ruang siber demi meneror musuh-musuh untuk menyebarkan ideologinya. Kaum radikal sekarang tidak hanya menggunakan senjata api atau senjata tajam untuk mengancam, tetapi mereka sudah menggunakan senjata canggih berbentuk media sosial untuk meneror para korbannya. Mengingat bahaya besarnya, maka dari itu kita semua harus mewaspadai penyebaran paham radikal di media sosial yang dilakukan kelompok radikal.
Saat ini, penggunaan internet sangat disukai oleh kelompok radikal, karena akan mendoktrin mereka dengan mudah dan cepat. Biasanya media sosial digunakan beberapa kelompok untuk memengaruhi orang lain yang belum memiliki pemahaman mengenai paham yang akan disebarkannya. Bahkan bahayanya lagi, kaum radikal bisa memanfaatkan media sosial untuk melakukan pendanaan kegiatan dan aksi-aksi teror. Misalnya mereka melakukan modus penggalangan dana, amal, dan sebagainya melalui organisasi yang berafiliasi dengan kelompoknya. Untuk itu, kita harus mewaspadai pendanaan aksi teror melalui sumbangan atau donasi.
Tingginya pengguna internet, menyebabkan orang-orang banyak yang terpapar radikalisme di media sosial. Seiring banyaknya informasi keagamaan yang ada di media sosial atau situs daring yang tidak tersaring. Banyak orang yang terpapar paham radikalisme melalui media sosial maupun situs daring. Hal ini juga diungkapkan oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dia mengatakan, “Saya dapat laporan dan bertemu bahkan dengan mantan napiter (narapidana terorisme), mereka (mengaku) menjadi radikal itu karena berinteraksi dengan orang yang sama-sama terpapar radikal melalui media sosial,” ujar Gus Yakut dalam agenda temuan survei nasional suara anak muda tentang isu-isu sosial, politik,dan bangsa, Minggu (21/3).
Media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual (McGraw Hill Dictionary). Memang media sosial memiliki dampak baik bagi kehidupan, tetapi jika kita lalai maka media sosial akan menjadi ancaman berbahaya bagi kita semua. Salah satu efek negatif dari media sosial adalah masifnya kelompok radikal melakukan propaganda. Karena target penyebaran paham dan rekrutmen paham radikal adalah generasi milenial, maka penguatan karakter milenial harus terus dilakukan di berbagai lini, mulai dari keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan kerja, lingkungan sekitar, maupun tempat umum.
Media sosial saat ini masih menjadi sarana yang paling efektif dalam menghasut semua generasi agar terpapar paham radikal. Di sini tantangan kita sebagai anak bangsa. Untuk menjaga negara, kita harus ikut mengambil peran dalam membasmi paham radikal yang berkeliaran, baik di dunia maya atau dunia nyata. Dengan cara memanfaatkan teknologi informasi untuk menyampaikan dan menyebarkan pesan-pesan toleransi perdamaian. Jika semangat perjungan anak bangsa dikuasai jiwa damai dan cinta NKRI, maka aspek negatif berupa intoleransi, radikalisme, dan terorisme akan hilang dari negeri ini. Maka demikian, kita harus mengambil peran penting demi mewujudkan negeri yang damai.
Untuk membendung penyebaran paham-paham tersebut, maka pemerintah dan masyarakat harus melakukan kerjasama, agar gerak-gerik radikalisme dapat terpantau dengan jelas. Kemudian, masyarakat perlu tetap kritis terhadap peredaran informasi hoaks dan doktrin di tengah kehidupan yang berbhineka ini. Jangan mudah percaya terhadap segala informasi yang diragukan kebenarannya. Apabila kita menemukan berita yang mengandung provokasi dan adu domba, maka masyarakat diharuskan untuk melaporkan ke pihak berwajib agar tidak menimbulkan kerusuhan jangka panjang.
Dengan demikian, semua elemen masyarakat harus sadar dan perlu memberikan perhatian khusus pada gerakan radikalisme yang akan mengancam masa depan bangsa dan negara. Melihat ancaman yang dikeluarkan radikalisme ini, maka kita harus mewaspadainya. Untuk itu, anak bangsa perlu mengisi media sosial dengan konten-konten toleransi perdamaian yang menarik. Dengan cara tersebut, maka media sosial akan menjadi alat positif yang bermanfaat bagi semua manusia.