Berita

Pak Amien Rais, Berhentilah Sebarkan Hoaks

3 Mins read
Foto: Amien Rais (YouTube Amien Rais Official)

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Ade Irfan Pulungan, mengatakan, Istana merasa dirugikan terkait pernyataan politikus senior, Amien Rais. Pernyataan yang dimaksud adalah terkait upaya untuk menambah masa jabatan presiden menjadi tiga periode. “Iya (merasa dirugikan), karena ini kan udah dianggap melanggar konstitusi dan konstitusi negara kita,” kata Ade, Selasa (16/03/21).

Saya kira, apa yang disampaikan oleh Ade tersebut tidak berlebihan. Pasalnya, pernyataan Pak Amien Rais tidak hanya merugikan pihak Istana, tetapi juga berpotensi menyesatkan opini publik. Bisa dibilang, Pak Amien Rais tengah menyebarkan berita bohong atau hoaks. Ia mengatakan bahwa ada skenario mengubah ketentuan dalam UUD 1945 soal masa jabatan presiden menjadi tiga periode. Bahkan, secara tidak langsung ia telah menuding Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin menambah jabatan presiden menjadi tiga periode.

Faktanya, Presiden Jokowi telah menegaskan berkali-kali bahwa ia tidak ada niat untuk menjadi presiden selamat tiga periode. “Saya tegaskan, saya tidak ada niat. Tidak ada juga berminat menjadi presiden tiga periode,” kata Jokowi melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (15/3/2025). Presiden Jokowi juga menyatakan bahwa ia menjadi presiden melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia berdasarkan konstitusi. Karena itu, pemerintahan yang ia jalankan saat ini juga akan berjalan tegak lurus dengan konstitusi.

Hal ini juga dipertegas oleh konstitusi kita dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 7, bahwa Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Itu artinya, konstitusi kita membatasi jabatan presiden dan wakil presiden hanya untuk dua kali periode saja.

Dalam hal ini, apa yang dinyatakan oleh Pak Amien Rais tentu tidak sesuai kebenarannya. Hanya praduga dan prasangka saja. Kenyataannya, hingga saat ini, baik Presiden Jokowi maupun konstitusi mengatakan jabatan presiden maksimal hanya dua periode. Dengan kata lain, Pak Amien Rais kini tengah berusaha menebar narasi bohong atau hoaks kepada publik.

Selain hoaks jabatan presiden tiga periode, Pak Amien Rais juga pernah menyebarkan hoaks tentang kebangkitan komunis di era Presiden Jokowi. Menurutnya, kebangkitan komunisme itu dimulai semenjak Pak Jokowi menjabat sebagai presiden. Hal itu ia sampaikan dalam acara launching bukunya yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube resminya.

Realitanya, hingga kini tidak pernah kita temukan kebangkitan komunis yang dimaksud oleh Pak Amien tersebut. Apakah ada bentuk dan wujudnya? Partai, organisasi masyarakat (ormas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ataupun bentuk yang lainnya? Saya pikir tidak ada kebangkitan komunisme itu. Undang-Undang kita secara tegas juga sudah melarang aktivitas komunisme di Tanah Air. Itu artinya, lagi-lagi Pak Amien menyebarkan kebohongan, alias hoaks ke masyarakat.

Karena itu, saya meminta Pak Amien Rais untuk berhenti menyebarkan hoaks. Kenapa? Pertama, Pak Amien adalah seorang tokoh nasional. Bisa dikatakan Pak Amien adalah seorang negarawan. Bahkan, ia dijuluki sebagai Bapak Reformasi. Kepemimpinannya pada tahun1998 itu, telah mengantarkan negeri ini membawa harapan yang lebih baik, pasca dipimpin oleh Orde Baru selama 32 tahun. Pak Amien adalah sosok nasionalis-religius yang telah membawa kita pada hembusan angin segar demokrasi.

Karena itu, tidak semestinya sebagai seorang tokoh nasional, negarawan, dan Bapak Reformasi mengkerdilkan dirinya sendiri dengan menyebar berita bohong atau hoaks. Sebagai seorang mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Pak Amien harusnya bisa menjadi seorang panutan bangsa. Pak Amien bisa menjadi sosok Punakawan yang menjadi penasehat dan inspirasi bagi tokoh dan politikus muda kekinian, bukan menjadi sosok penyebar kebohongan dan hoaks.

Kedua, seorang cendekiawan Muslim ternama di Tanah Air. Pak Amien yang merupakan lulusan S3 dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, tidak perlu diragukan lagi intelektualitasnya. Bahkan, ia masyhur disebut sebagai salah satu tiga pendekar dari Chicago bersama Cak Nur dan Buya Syafi’i Ma’arif. Mereka adalah generasi pertama cendekiawan Muslim modernis yang menjadi agen pencerahan bagi umat Islam di Indonesia. Bisa dibilang Pak Amien adalah salah seorang intelektual Muslim yang telah membuka kran pemikiran Islam yang inklusif dan terbuka.

Namun demikian, sikap Pak Amien belakangan yang kerap menyebar narasi bohong atau hoaks telah mengubah citranya sendiri, dari seorang cendekiawan Muslim inklusif menjadi Muslim eksklusif. Ini adalah sebuah bentuk kemunduran intelektual dari Pak Amien. Mantan ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini, harusnya bisa menjadi seorang cendekiawan nomor wahid di Indonesia, jika ia tetap berpegang teguh pada prinsip akademis. Namun yang disayangkan adalah Pak Amien malah meninggalkan prinsip tersebut dan memilih jalan gelap sebagai penyebar hoaks.

Pendek kata, sebagai seorang tokoh nasional, negarawan, dan cendekiawan Muslim top di Tanah Air, tidak semestinya Pak Amien Rais merusak citra dirinya sendiri dengan menyebar hoaks. Karena itu, saya minta kepada Pak Amien Rais agar berhenti menyebarkan hoaks atau kebohongan. Saya yakin, Pak Amien bisa menjadi sosok yang lebih dari itu. Bahkan, bisa menjadi sosok panutan yang kembali menginspirasi, khususnya anak muda seperti saya.

Related posts
BeritaKolomNasihat

Menyegarkan Bahasa Dakwah

Kelompok pemuda yang bersemangat dalam berdakwah memang berkembang pesat dalam beberapa tahun belakangan. Trend ‘Ngustadz’ dari seseorang yang baru mencelupkan ujung kukunya ke dalam samudera Ilmu Islam, merupakan fenomena yang cukup memprihatinkan.
BeritaDunia IslamKolom

Puasa Ibadah Istimewa

Tiba sudah kita di penghujung Sya’ban, umat Muslim pun akan menyambut gempita bulan Ramadhan yang di dalamnya puasa disyariatkan. Jika bulan Sya’ban…
Berita

MUI Kok Bela Ustadz Intoleran?

Dua petinggi Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengkritik keras keputusan PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PT Pelni (Persero) terkait polemik daftar penceramah kegiatan…