Kolom

Rasisme Bukan Akhlak Pancasila

2 Mins read

Dugaan kasus rasisme yang dilakukan oleh Ambroncius Nababan terhadap eks Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai menuai pelbagai kecaman. Kasus tersebut berawal dari unggahan foto di akun media sosial milik Ambroncius. Yang mana, ia menyandingkan foto Natalius dengan gorila. Rasisme merupakan tindakan yang mencederai kebhinekaan kita dan ini bukan akhlak Pancasila.

Rasisme merupakan masalah rasial yang mandarah daging di tengah kehidupan masyarakat multikultural di berbagai belahan dunia. Kondisi kemajemukan atau pluralitas merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari. Indonesia, sebagai negara kepulauan, memang sejak awal sudah menjadi bangsa yang terdiri dari multi ras, multi etnis, multi agama, dan multi budaya. Berdasarkan sensus BPS tahun 2010 tercatat ada 1.340 suku bangsa. Dan, berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) BPS 2015, jumlah total penduduk Indonesia 258,4 juta jiwa.

Pancasila yang merupakan dasar negara, meletakkan dasar kebangsaan sebagai simpul persatuan Indonesia. Suatu konsepsi kebangsaan yang mengekspresikan persatuan dalam keragaman, dan keragaman dalam persatuan (unity in diversity, diversity in unity) yang dikenal dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Pancasila sebagai kepribadian bangsa sangat erat sekali dengan keseharian masyarakat Indonesia yang dikenal dengan keramahannya, kesopanannya, kemajemukannya, sukunya, dan budayanya yang beragam dari Sabang sampai Merauke. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai Pancasila mengandung makna yang sangat erat kaitannya dengan budaya dan religius, sebagaimana akhlak Pancasila yaitu, pengakuan atas Tuhan, selalu menyelesaikan masalah dengan cara mufakat, toleran antar sesama, saling menghormati dan berlaku adil terhadap siapapun.

Dengan Pancasila, setiap permasalahan yang dihadapi bangsa ini, diselesaikan berdasarkan Pancasila. Bahkan, semua peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia, harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap menjunjung tinggi toleransi terhadap perbedaan, baik itu ras, suku, agama, dan lain sebagainya.

Rasisme tentu memiliki banyak dampak negatif. Selain bagi korban, juga bagi keutuhan bangsa. Bagi korban, rasisme berdampak terhadap mental, korban dapat mengalami depresi, bahkan sampai memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Hal ini tentu harus dicegah agar tidak terjadi perpecahan.

Negara Republik Indonesia telah memberikan jaminan perlindungan untuk bebas dari perlakuan yang diskriminatif sebagai hak konstitusional yang ditentukan dalam Pasal 28I Ayat (2) Undang-Undang Dasar NRI 1945. Namun, pada prakteknya, masih banyak yang melanggar, dan kerap melakukan tindakan rasisme. Hal ini terjadi karena akhlak Pancasila yang belum diimplementasikan sepenuhnya.

Akhlak Pancasila, yang pertama yaitu mencerminkan kehidupan masyarakat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana, menghargai dan menghormati multi agama yang ada di negara ini. Tidak menghina, merendahkan, atau melakukan kekerasan terhadap penganut agama lain. Kedua, mencerminkan keadaan manusia yang beradab. Akhlak ini menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati sesama, dan memperlakukan sesamanya sesuai harkat dan martabat yang sama derajatnya. Tidak mendiskriminasi.

Ketiga, mencerminkan banyaknya budaya, ras, suku, dan agama yang ada, tetapi tetap menjadi satu, yaitu bangsa Indonesia. Dengan menjaga persatuan dan tidak melakukan tindakan yang menimbulkan konflik, sebagai upaya mencegah terjadinyanya perpecahan merupakan akhlak Pancasila.

Keempat, mencerminkan dalam pengambilan keputusan harus dilakukan musyawarah untuk mencapai tujuan yang mementingkan keputusan bersama. Dalam hal ini, jika terjadi konflik, maka perlu mengutamakan musyawarah, dan memilih menyelesaikan secara kekeluargaan.

Kelima, mencerminkan kedudukan setiap warga negara Indonesia sama. Artinya, setiap rakyat harus diperakukan adil dan harus berlaku adil. Tidak boleh ada pandang bulu di tengah masyarakat. Semua sama di mata hukum dan pemerintahan, baik itu yang miskin, kaya, kulit hitam, kulit putih, dan lain sebagainya.

Dengan demikian, akhlak Pancasila merupakan kepribadian bangsa yang harus diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini penting dilakukan agar bangsa ini menjadi bangsa yang kuat dan tidak mudah terpecah belah. Tindakan rasisme hanya akan menghancurkan persatuan bangsa. Maka dari itu, jelas bahwa rasisme bukan akhlak Pancasila. Mengimplementasikan akhlak Pancasila sama dengan menjaga persatuan Indonesia.

Related posts
Dunia IslamKolomNasihat

Puasa dan Spirit Toleransi

Menjelang bulan suci Ramadhan, seringkali teror dan bom bunuh diri terjadi. Terakhir, terjadi bom bunuh diri di Gereja Katedral, Kota Makassar dan…
KolomNasihat

Sunnah Sahur

Sahur merupakan elemen penting dari puasa. Sahur merupakan waktu yang tepat mempersiapkan asupan yang cukup agar dapat berpuasa sepanjang hari. Namun, tidak…
Kolom

Indahnya Puasa Sambil Bertoleransi

Dalam kehidupan, saling menghargai antar sesama manusia sangat diperlukan, apalagi di saat bulan puasa. Bulan Ramadhan menjadi momen yang tepat untuk menebar virus toleransi antar manusia. Karena toleransi atau kerukunan antar umat beragama menjadi salah satu kunci penting dalam keberhasilan membangun perdamaian. Ketika berpuasa, kita diberi ujian untuk selalu bersabar dalam segala hal. Dengan adanya toleransi, kita dapat memperindah ibadah puasa yang akan kita jalani.