Pernyataan komedian, Panji Pragiwaksono lagi-lagi mengundang reaksi publik. Pasalnya, ia menyayangkan pembubaran Front Pembela Islam (FPI) dan membandingkannya dengan dua ormas besar Islam, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Dalam pernyataannya, ia meyebut, bahwa FPI dekat dengan rakyat, sedangkan NU dan Muhammadiyah tidak. Padahal, selama ini NU dan Muhammadiyah memiliki peran besar dalam membangun dan menjaga bangsa ini. Sedangkan FPI, memiliki peran dalam merusak dan memecah belah bangsa.
Bagaimanapun, sejarah perjuangan NU dan Muhammadiyah tidak bisa dihilangkan begitu saja. dari mulai keterlibatan dalam memperjuangkan kemerdekaan, perumusan dasar negara, serta konsisten dalam menjaga keutuhan NKRI.
NU sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme yang berdasar atas syariat Islam ala Ahlu al-sunnah wal al-jama’ah. Yang mana, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari pernah mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad, yang akhirnya mampu membangkitkan semangat masyarakat Surabaya untuk bertempur melawan penjajah. Jihad yang dilakukannya jelas untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan negara.
Bukan hanya itu, NU dan Muhammadiyah juga berperan dalam proses perumusan Pancasila. Beberapa tokoh yang terlibat dan termasuk kedalam golongan tokoh-tokoh nasionalis Islam, yakni Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Ahmad Sanusi, Kahar Muzakkir dan K.H. A Wachid Hasyim, dan H. Agus Salim. Golongan nasionalis Islam, yang kemudian bersedia menghapus tujuh kata dalam sila pertama yang menyangkut syariat Islam agar tidak terjadinya perpecahan, dan lebih mementingkan persatuan bangsa.
Peran dan kontribusi NU dan Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial dalam perjalanan bangsa ini tidak bisa terbantahkan. Dua ormas ini kurang lebih telah mengelola puluhan ribu pendidikan umum dan keagamaan. Hal ini nyata sebagai upaya membantu negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.
Terbukti berdasarkan data yang disampaikan oleh PP Muhammadiyah, hingga tahun 2015 lalu, Muhammadiyah memiliki SD sebanyak 1.064 sekolah, SMP 1.111 sekolah, SMA 567 sekolah, dan SMK 546 sekolah, Madrasah Ibtidaiyah (MI) 1.188 sekolah, Madrasah Tsanawiyah (MTs) 521 sekolah, Madrasah Aliyah (MA) 178 sekolah, dan pondok pesantren sebanyak 89. Ditambah 177 Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang tersebar di Indonesia. Jumlah sekolah tersebut terus bertambah setiap tahunnya. Begitu pun NU yang memiliki pesantren yang telah tersebar di seluruh pelosok negeri ini, juga sekolah-sekolah dari mulai tingkat PAUD sampai perguruan tinggi.
Selain dalam bidang pendidikan, NU dan Muhammadiyah juga berkontribusi dalam pelayanan kesehatan. Terbukti kurang lebih ratusan rumah sakit milik NU dan Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagaimana pasal 28H ayat 1 UUD 1945 menyatakan, bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini selain memberi manfaat langsung kepada masyarakat, juga membantu negara dalam menjalankan amanat konstitusi.
Bukan hanya itu, NU dan Muhammadiyah juga kerap hadir di tengah masyarakat untuk membantu korban bencana. Terbukti, saat ini Banser terjun langsung dalam bencana yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Dalam media sosial saya melihat Banser yang sedang membantu dalam evakuasi korban dan memberikan bantuan lainnya. Bukan hanya pemuda NU, pemuda Muhammadiyah pun terjun langsung membantu korban bencana.
Selain NU dan Muhammadiyah komitmen dalam membangun bangsa ini, mereka juga memiliki kontribusi besar dalam menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang membawa cinta dan kasih, dan Islam yang menghargai keberagaman. Dengan begitu, NU dan Muhammadiyah, menjadikan Islam Indonesia berwajah ramah dan mendamaikan. Dakwahnya berisi seruan persatuan, bukan perpecehan.
Membandingkan kontribusi NU dan Muhammadiyah dengan FPI, tentu tidak sebanding. Berdasarkan data dan fakta sejarah, dua ormas Islam terbesar itu, memiliki peran besar dalam mambangun dan menjaga keutuhan bangsa ini. Komitmen yang terus dipegang sampai saat ini, menunjukkan bahwa NU dan Muhammadiyah benar-benar ormas Islam yang mencintai Tanah Air. Kontribusinya untuk Indonesia, sudah tak diragukan lagi.
Di satu sisi, FPI sering membantu masyarakat yang tertimpa bencana. Namun, di sisi lain, FPI juga sering membuat keresahan di masyarakat. Bagaimana tidak, aksi yang dilakukan FPI, kerap memunculkan pertikaian. FPI menunjukkan wajah Ormas Islam yang menakutkan. Terbukti dengan aksi-aksi kekerasan yang dilakukannya terhadap umat antar agama. Memecah belah bangsa dengan ujaran kebencian dan provokasi yang selalu disuarakan dengan kobaran api kebencian.
Maka dari itu, FPI tidak sebanding jika dibandingkan dengan NU dan Muhammadiyah. Panji sebagai publik figur, seharusnya dapat memilah apa yang seharusnya disampaikan. Sebab, pernyataannya bisa memunculkan kegaduhan di tengah masyarakat. Apalagi, dalam situasi duka seperti ini. Kita tidak bisa menutup mata, dan menghilangkan begitu saja kontribusi NU dan Muhammadiyah terhadap bangsa ini.
Kemudian, untuk NU dan Muhammadiyah, jangan pernah lelah untuk membangun dan menjaga Keutuhan NKRI. Sebab, jika tidak ada kedua ormas ini, Indonesia akan terpecah belah. Terus sebarkan Islam yang ramah, Islam yang tidak anti-keberagaman, Islam yang mendamaikan dan menyejukkan. Islam yang selalu menebar kebaikan terhadap siapapun, tanpa terkecuali. Islam yang mencintai Tanah Airnya. Islam yang berjihad untuk menjaga negerinya, bukan untuk mengganti ideologinya. Sebarkan kebaikan keseluruh pelosok negeri ini. Kader NU dan Muhammadiyah harus mampu menjawab tantangan zaman, dan terus memberi manfaat kepada masyarakat agar kehadirannya terus dirasakan, dan masyarakat terus merasa dekat.
Dengan demikian, jelas bahwa NU dan Muhammadiyah merupakan ormas Islam yang berwajah ramah dan ikhlas dalam membangun Indonesia, sedangkan FPI, ormas berwajah marah dan gemar memecah belah, serta merusak keutuhan negaranya.