Guru Membentuk Kebangsaan Kita

0
0
WhatsApp
Twitter

Hari Guru Nasional, kembali diperingati hari ini, 25 November 2020. Adanya hari spesial yang didedikasikan pada guru, tidak lain untuk mengingat dan menghargai jasa para pendidik dari dulu hingga nanti. Sebab, tidak dapat kita pungkiri bermula dari seorang guru, kesadaran kemerdekaan dulu lahir merasuki jiwa-jiwa muda masyarakat Indonesia, sebagaimana dikatakan Yudi Latif dalam Pendidikan yang Berkebudayaan, “hingga akhir abad 19 kaum gurulah yang pertama kali mempromosikan gerakan kemajuan.”

Dalam sejarah panjangnya, guru menjadi salah satu sektor golongan yang melopori kesadaran intelektualitas, kemajuan, kemerdekaan, dan pembentukan ruang-ruang publik modern. Konsep kemodernan dan pengabdiannya yang adiluhung itu telah membawa satu peradaban baru untuk Indonesia, yakni kemerdekaan sebenar-benarnya merdeka. Bahkan, bermuara dari guru pula kebangsaan kita terbentuk. Kebangsaan yang mengejawantahkan multikultur, etnis, agama, dan bahasa, sehingga menjadi simbol kebesaran kita. Bangsa Indonesia. Karena itu, Keppres Nomor 78 tahun 1994 patut sekali untuk kita apresiasi, sebagai satu refleksi dalam mengenang, mengingat, dan melestarikan perjuangan guru.

Namun, yang menjadi persoalan ketimpangan hak dan kewajiban guru dewasa ini masih saja menjadi perbincangan yang belum menuju final. Apalagi, wabah pandemi menjadi persoalan baru yang sangat serius dalam menghambat berjalannya pendidikan nasional. Memang, dalam belajar kita tidak asing dengan pribahasa “tidak mengenal waktu dan tempat”, tetapi tidak dapat kita tolak, bahwa peran guru dalam membawa dan membimbing generasi kedepan itu sangat vital.

Secanggih dan sedigdaya apapun teknologi dalam menghadirkan dan menjadi fasilitator ruang belajar. Kita yakin dan amini bersama, jika itu bukan sepenuhnya solusi yang dapat menjawab tantangan jaman. Sebab, sebenar-benarnya jawaban atas tantangan jaman adalah pendidikan budaya dan penempaan karakter bangsa sebagai basis dalam perang globalisasi. Dan tentu, hal itu tidak dapat kita temukan di kecanggihan teknologi, kecuali dalam sosok seorang guru.

Karena itu, sudah sepatutnya guru sebagai penempa yang berperan aktif dalam membentuk dan melestarikan semangat kebangsaan harus bisa mendapatkan hak-haknya yang adil dan berkemanusiaan, khususnya guru nonorer. Persoalan-persoalan tentang kecilnya upah guru, tidak mendapatkannya tempat tinggal yang layak tidak sepatutnya terjadi di negara kita. Negara yang masyhur dengan kekayaan alam dan kebesaran bangsanya. Seperti, dilansir oleh survei IGI (Ikatan Guru Indonesia) terhadap 24.835 guru honorer tahun 2020 menunjukkan, lebih dari sepertiga responden guru (36,8 persen) mendapat gaji Rp 250.000-Rp 500.000. Bahkan, masih ada 15,4 persen responden guru mendapatkan digaji kurang dari Rp 250.000.

Dan sudah barang tentu, itu pun harus berbarengan dengan kemampuan pengetahuan dan komunikasi dari seorang guru yang kompeten dalam menjaring dan mendidik generasi penerus bangsa. Sebab, tidak mungkin rasanya kita menuntut hak tanpa memenuhi kewajiban kita.

Setiap guru harus dapat menjadi pembawa ilham yang baik. Menjadi teladan terhadap murid. Cakap, komuikatif, dan berpengetahuan luas. Karena, bangsa yang besar dibangun mulai dari dalam kelas. Dan guru mengemban tanggung jawab demikian. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika guru sering dijuluki sebagai “petunjuk kehidupan”, mentor, kreator dan aplikator pelbagai regulasi (A guide in times of confusion). Senada dengan warisan kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara yang mengatakan, Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso.

Guru sebagai golongan intelektual harus dapat mengemukakan konsep kemajuan sebagai tolok ukur baru dalam menentukan masa depan sosial bangsa. Tanggungjawab seorang guru tidak mudah, karenya ia harus sadar betul dengan tanggungjawabnya. Masa depan bangsa memang ada di tangan generasi muda, tetapi generasi muda tidak akan menemukan jalan kebenaran tanpa adanya bimbingan dari seorang guru.

Pendek kata, pekerjaan rumah dalam memakmurkan kehidupan sosial guru harus dapat terealisasi. Karena, tanpa henti guru adalah pemula yang teguh dan istiqamah dalam membentuk karakter dan kepribadian kebangsaan kita dari masa ke masa. Selamat Hari Guru Nasional.