Kolom

Indahnya Medsos dengan Narasi Damai

2 Mins read

Di era digital, proxy war merupakan strategi murah nan instan untuk memecah belah kerukunan bangsa. Konten yang berisi wajah negatif dan debu kotor berbentuk bisingnya hoaks, irasional, dan pesan-pesan radikal membuat ruang media sosial dipenuh dengan kebencian.

Tak hanya itu, kebencian di media sosial juga rentan berlanjut di dunia nyata. Konsekuensinya adalah sedikit ujaran kebencian di dunia maya, dapat merusak kerukunan dan menimbulkan disharmoni antar masyarakat. Lalu yang jadi pertanyaannya jika kebencian itu terus dilakukan Apakah kita anteng saja saat narasi kebencian terus menerus disebarkan?

Buruknya wajah media sosial yang memang tak lepas dari sifatnya, yaitu bisa lebih leluasa dan bebas bersuara, justru terperosok ke dalam suatu jurang komunikasi ke arah perpecahan dalam konteks berbangsa. Di Indonesia misalnya, Meskipun tindak pidana selalu siap menerkam pelaku yang memproduksi ataupun menyebarkan konten yang menyebabkan perpecahan. Akan tetapi, tak sedikit konten hoaks, pesan-pesan radikal, dan ujaran kebencian silih berganti. Konten tersebut semakin lama bukannya berkurang justru sebaliknya, semakin tak terbendungkan.

Terlepas dari hal itu, adanya potensi positif yang bisa dimanfaatkan dari adanya media sosial mutlak tidak boleh dikesampingkan. Jamak disadari, sebagaimana media sosial yang dapat dimanfaatkan untuk menebarkan propaganda dan radikalisme. Media sosial juga sejatinya dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang sebaliknya, yakni menebarkan pesan perdamaian dan cinta kasih.

Dalam konteks saat ini, upaya memoles wajah media sosial dengan narasi perdamaian untuk melawan penyebaran propaganda dan radikalisme dapat dilakukan dengan dua langkah, diantaranya pertama, ofensif atau serangan. Serangan di sini adalah dengan memberikan perlawan sebagai konten tandingan terhadap konten yang memperburuk wajah media sosial. yakni menebarkan konten-konten kedamaian dan cinta kasih. Konten seperti ini perlu diperbanyak dan disebarluaskan. Dengan begitu, secara perlahan tapi pasti akan mempengaruhi netizen media sosial.

Tak jarang masifnya konten negatif dan radikal yang menyebabkan buruknya ruang media sosial kita, tak lepas kerena minimnya konten tandingan. Laiknya makan, warga netizen hanya diberikan satu pilihan, yakni konten radikalisme, hoaks, dan ujaran kebencian. Akibatnya mau tidak mau, sang netizen dengan sendirinya dijejali konsumsi konten yang tersedia. Akan tetapi, jika ada konten tandingan berupa kedamaian dan cinta kasih maka sang netizen dengan sendirinya akan punya pilihan alternatif untuk dikonsumsi.

Kedua, yaitu metode defensif atau upaya pertahanan. Dalam lagkah defensif ini kita sebagai warga sosial media melakukan Saring sebelum sharing. artinya, memverifikasi, mengkonfirmasi, dan melakukan check and recheck suatu konten di media sosial. Sikap ini perlu dianut dan diamalkan oleh semua pengguna netizen. Dengan melakukan Saring, itu artinya kita telah lepas dari kebodohan dan sudah ikut menyelamatkan kedamaian, keharmonisan dan kewarasan di media sosial. Di sinilah letak netizen cerdas.

Saring juga dengan sendirinya menyelamatkan para pengguna media sosial dari pemelintiran. Studi terakhir menunjukkan, bahwa banyaknya kegaduhan dan kebencian di media sosial tidak lain dari banyak pemelintiran konten di media sosial. Dengan melakukan Saring, akan menghilangkan atau setidaknya meminimalisir pemelintiran.

Di titik inilah, saatnya kita membanjiri sosial media dengan pesan-pesan damai dan positif. Lepaskan arogansi diri dengan meringankan hati untuk menyambung kembali kebersamaan yang telah rapuh. Buanglah jauh-jauh kebiasaan untuk mengonsumsi konten kebencian, hoaks dan pesan radikalisme. Mari kita tabur benih-benih cinta yang ada di media sosial. Toh, memoles wajah di media sosial dengan narasi damai itu indah, bukan?

Related posts
Kolom

Waspada Ustadz Instan Digital

Di era revolusi digital yang ditandai dengan kehadiran internet dan media sosial, siapa pun bisa menjadi penceramah atau pendakwah. Meskipun, bermodal pengetahuan…
Dunia IslamKolom

Menilik Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh

Karakter modernis menjadi identitas yang lekat dengan seorang Muhammad Abduh. Disebut demikian karena pada sekitar abad ke-19, terjadi gerakan pembaharuan pemikiran Islam,…
Dunia IslamKolom

Sektarianisme Sunni-Syiah Sudah Usang

Nabi Muhammad SAW. dengan ajarannya yang spektakuler, sama sekali tidak mengenal istilah Syiah maupun Sunni. Gagasan besar Nabi adalah perdamaian, kasih sayang,…